Rasa Aman: Kunci Sejati Work-Life Balance Menurut Simon Sinek
Banyak orang berbicara tentang work-life balance seolah itu sekadar soal waktu — bekerja delapan jam, beristirahat delapan jam, dan sisanya untuk hiburan. Namun, Simon Sinek, seorang pemikir kepemimpinan modern, mengajak kita melihat lebih dalam. Ia berkata:
“We will only have work-life balance when we feel safe at home and feel safe at work.”
— Simon Sinek
Kalimat sederhana ini membawa makna mendalam, terutama bagi kita — mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer — yang sedang mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan di dunia teknologi dan organisasi digital.
1. Lebih dari Sekadar Jam Kerja dan Waktu Istirahat
Sinek ingin menegaskan bahwa keseimbangan hidup dan kerja tidak akan pernah tercapai hanya dengan mengatur waktu.
Yang sesungguhnya kita cari bukanlah time balance, tetapi emotional balance — keseimbangan rasa aman dan tenang di dua tempat utama dalam hidup: rumah dan tempat kerja.
Tanpa rasa aman, setiap jam istirahat terasa tidak benar-benar istirahat. Kita mungkin pulang ke rumah, tetapi pikiran tetap cemas tentang pekerjaan, atasan, atau rekan yang tidak bisa dipercaya. Begitu pula sebaliknya, kita mungkin hadir di kantor atau kampus, tetapi hati masih terbebani masalah dari rumah.
2. Merasa Aman di Tempat Kerja: “Circle of Safety”
Simon Sinek sering mengulang satu konsep penting: “Circle of Safety”.
Ini adalah lingkungan di mana setiap orang merasa dilindungi, dipercaya, dan tidak takut melakukan kesalahan selama mereka bertanggung jawab.
Pemimpin yang baik bukanlah yang menakutkan, tetapi yang menciptakan ruang aman untuk tumbuh dan berinovasi.
Bagi mahasiswa Fasilkom, hal ini relevan sejak sekarang — mulai dari kerja tim dalam proyek kuliah hingga dunia profesional nanti.
Cobalah bayangkan jika di setiap kelompok belajar, semua anggota merasa aman untuk berpendapat, mengakui kekurangan, dan saling membantu. Energi kreatif pasti akan tumbuh jauh lebih cepat daripada dalam kelompok yang dipenuhi rasa takut atau persaingan tidak sehat.
3. Merasa Aman di Rumah: Pondasi Ketahanan Diri
Rasa aman di rumah berarti memiliki tempat untuk memulihkan energi dan menjaga keseimbangan emosi.
Mahasiswa yang hidup di lingkungan penuh tekanan tanpa dukungan emosional cenderung mudah kelelahan mental, meskipun terlihat aktif secara akademik.
Keseimbangan sejati terjadi ketika rumah menjadi tempat “recharge”, bukan sumber tambahan stres. Maka, penting bagi setiap dari kita untuk menjaga komunikasi dengan keluarga, membangun lingkungan pertemanan yang sehat, dan menciptakan “rumah” bahkan di kos atau asrama — tempat yang menenangkan hati dan pikiran.
4. Pelajaran untuk Calon Pemimpin Digital
Sebagai calon pemimpin masa depan di bidang teknologi dan manajemen sistem informasi, kalian akan berhadapan dengan tekanan tinggi, tenggat waktu, dan tanggung jawab besar terhadap tim dan pengguna.
Namun ingatlah: kepemimpinan yang efektif selalu berawal dari empati dan rasa aman.
Pemimpin yang baik tidak hanya mengatur pekerjaan, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya. Ia memastikan timnya merasa terlindungi — bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikologis.
Ketika orang merasa aman, mereka akan bekerja dengan hati, bukan hanya dengan tangan.
Penutup: Keseimbangan Dimulai dari Rasa Aman
Work-life balance bukan tentang melarikan diri dari pekerjaan, tetapi tentang membangun dua lingkungan — rumah dan tempat kerja — yang sama-sama memberi ketenangan dan makna.
Jika kelak kamu menjadi pemimpin, pastikan orang-orang di sekitarmu bisa berkata, “Saya merasa aman bekerja bersamamu.”
Karena dari situlah keseimbangan sejati dimulai.
Refleksi:
Sebelum kamu berusaha menyeimbangkan hidup dan kerja, tanyakan dulu:
“Apakah aku sudah merasa aman — di rumah dan di tempat aku berkarya?”
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.