Pengumuman

Berita Fakultas

Berita Prodi

Join Us

Hand-Picked/Weekly News

The Most/Recent Articles

Pentingnya Memahami Low Level Programming


Backend Developer dan Architect: Pentingnya Memahami Low Level Programming

Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, kita sering belajar bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti JavaScript, Python, atau PHP. Semuanya terasa praktis dan “langsung jalan”. Namun, di balik kenyamanan itu, ada dunia yang jarang kita sentuh — dunia low level programming.
Pertanyaannya: apakah kita perlu memahaminya?

Jawabannya: ya, sangat perlu.
Terutama jika kamu ingin menjadi Backend Developer yang andal atau bahkan Software Architect di masa depan.

1. Mengapa Low Level Penting?

Low level programming tidak berarti kamu harus menulis semuanya dalam C atau Assembly.
Yang lebih penting adalah memahami bagaimana komputer dan sistem bekerja di bawah permukaan — seperti cara CPU mengeksekusi instruksi, bagaimana memori dialokasikan, atau bagaimana data mengalir melalui jaringan.

Dengan pemahaman ini, kamu tidak hanya “menulis kode”, tapi juga memahami alasan di balik perilaku sistem.
Misalnya:

  • Kenapa aplikasi kamu kadang lambat padahal kodenya sederhana?
  • Kenapa API yang kamu buat sering “timeout” di production?
  • Atau kenapa koneksi database tiba-tiba drop tanpa error jelas?

Semua itu sering kali bukan karena bug di kode — tapi karena kita tidak memahami mekanisme dasar sistem operasi dan jaringan.

2. Kasus Nyata: Ketika Developer Tak Memahami HTTP

Bayangkan kamu membuat API untuk aplikasi mobile.
Setiap kali pengguna membuka halaman baru, aplikasi melakukan HTTP request baru ke server.
Tapi ternyata, kamu tidak mengaktifkan fitur keep-alive di HTTP. Akibatnya, setiap request membuka koneksi TCP baru — yang artinya butuh handshake, waktu, dan resource lebih banyak.

Hasilnya?
Server jadi sibuk mengelola koneksi, bukan memproses data. Aplikasi terasa lambat, dan pengguna kecewa.

Masalah ini tidak akan terjadi jika kamu memahami cara kerja HTTP di level protokol — bagaimana header dikirim, bagaimana koneksi dipertahankan, dan bagaimana caching bisa menghemat bandwidth.

3. WebSocket dan Kesalahan yang Mahal

Kasus serupa juga sering terjadi di aplikasi real-time seperti chat atau notifikasi.
Banyak developer yang belum memahami WebSocket, dan malah menggunakan polling (request berulang setiap beberapa detik).

Akibatnya, server menerima ribuan permintaan tak perlu setiap menit — menghabiskan bandwidth, memperlambat kinerja, bahkan meningkatkan biaya server.

Padahal dengan WebSocket, koneksi hanya dibuat sekali, dan data bisa dikirim dua arah secara efisien.
Perbedaan konsep ini sederhana, tapi dampaknya besar — dan hanya bisa kamu pahami jika kamu mengerti lapisan jaringan di level bawah.

4. Menjadi Developer yang “System-Aware”

Seorang backend developer sejati bukan hanya menulis logika bisnis, tapi juga paham konteks sistem tempat kodenya dijalankan.
Mulai dari:

  • Cara kerja sistem operasi dan manajemen memori.
  • Bagaimana thread dan proses berinteraksi.
  • Dasar komunikasi jaringan seperti TCP/IP, DNS, dan load balancing.
  • Serta cara framework web bekerja di bawah permukaan.

Dengan bekal ini, kamu bisa:

  • Mendiagnosis masalah performa tanpa panik.
  • Mendesain arsitektur sistem yang efisien.
  • Beradaptasi dengan cepat saat berpindah teknologi atau framework baru.

5. Langkah untuk Mahasiswa Fasilkom

Kalau kamu masih kuliah dan ingin memperkuat pondasi low level, berikut langkah-langkah praktisnya:

  1. Pelajari dasar Sistem Operasi.
    Pahami konsep process, thread, scheduling, dan memory management.

  2. Eksperimen dengan bahasa C.
    C membantu memahami bagaimana program berinteraksi langsung dengan hardware.

  3. Pelajari Jaringan Komputer dari sisi praktis.
    Gunakan Wireshark untuk melihat paket HTTP, TCP, atau DNS yang sebenarnya lewat di jaringanmu.

  4. Bangun proyek kecil dari nol.
    Misalnya: buat HTTP server sederhana tanpa framework, atau implementasi mini WebSocket.

Dengan latihan ini, kamu akan mulai berpikir seperti seorang engineer, bukan hanya coder.

Kesimpulan

Memahami low level programming bukan berarti kamu harus meninggalkan bahasa tingkat tinggi.
Tapi dengan memahaminya, kamu akan:

  • Lebih efisien dalam menulis kode.
  • Lebih cepat dalam debugging dan optimasi.
  • Lebih siap saat harus merancang sistem berskala besar.

Jadi, mulai sekarang — jangan hanya fokus pada “framework-nya apa”, tapi juga “bagaimana sistem ini bekerja di bawahnya.”
Itulah langkah awal untuk menjadi backend developer dan arsitek perangkat lunak yang benar-benar tangguh.


Rasa Aman: Kunci Sejati Work-Life Balance


Rasa Aman: Kunci Sejati Work-Life Balance Menurut Simon Sinek

Banyak orang berbicara tentang work-life balance seolah itu sekadar soal waktu — bekerja delapan jam, beristirahat delapan jam, dan sisanya untuk hiburan. Namun, Simon Sinek, seorang pemikir kepemimpinan modern, mengajak kita melihat lebih dalam. Ia berkata:

“We will only have work-life balance when we feel safe at home and feel safe at work.”
— Simon Sinek

Kalimat sederhana ini membawa makna mendalam, terutama bagi kita — mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer — yang sedang mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan di dunia teknologi dan organisasi digital.


1. Lebih dari Sekadar Jam Kerja dan Waktu Istirahat

Sinek ingin menegaskan bahwa keseimbangan hidup dan kerja tidak akan pernah tercapai hanya dengan mengatur waktu.
Yang sesungguhnya kita cari bukanlah time balance, tetapi emotional balance — keseimbangan rasa aman dan tenang di dua tempat utama dalam hidup: rumah dan tempat kerja.

Tanpa rasa aman, setiap jam istirahat terasa tidak benar-benar istirahat. Kita mungkin pulang ke rumah, tetapi pikiran tetap cemas tentang pekerjaan, atasan, atau rekan yang tidak bisa dipercaya. Begitu pula sebaliknya, kita mungkin hadir di kantor atau kampus, tetapi hati masih terbebani masalah dari rumah.


2. Merasa Aman di Tempat Kerja: “Circle of Safety”

Simon Sinek sering mengulang satu konsep penting: “Circle of Safety”.
Ini adalah lingkungan di mana setiap orang merasa dilindungi, dipercaya, dan tidak takut melakukan kesalahan selama mereka bertanggung jawab.

Pemimpin yang baik bukanlah yang menakutkan, tetapi yang menciptakan ruang aman untuk tumbuh dan berinovasi.
Bagi mahasiswa Fasilkom, hal ini relevan sejak sekarang — mulai dari kerja tim dalam proyek kuliah hingga dunia profesional nanti.

Cobalah bayangkan jika di setiap kelompok belajar, semua anggota merasa aman untuk berpendapat, mengakui kekurangan, dan saling membantu. Energi kreatif pasti akan tumbuh jauh lebih cepat daripada dalam kelompok yang dipenuhi rasa takut atau persaingan tidak sehat.


3. Merasa Aman di Rumah: Pondasi Ketahanan Diri

Rasa aman di rumah berarti memiliki tempat untuk memulihkan energi dan menjaga keseimbangan emosi.
Mahasiswa yang hidup di lingkungan penuh tekanan tanpa dukungan emosional cenderung mudah kelelahan mental, meskipun terlihat aktif secara akademik.

Keseimbangan sejati terjadi ketika rumah menjadi tempat “recharge”, bukan sumber tambahan stres. Maka, penting bagi setiap dari kita untuk menjaga komunikasi dengan keluarga, membangun lingkungan pertemanan yang sehat, dan menciptakan “rumah” bahkan di kos atau asrama — tempat yang menenangkan hati dan pikiran.


4. Pelajaran untuk Calon Pemimpin Digital

Sebagai calon pemimpin masa depan di bidang teknologi dan manajemen sistem informasi, kalian akan berhadapan dengan tekanan tinggi, tenggat waktu, dan tanggung jawab besar terhadap tim dan pengguna.

Namun ingatlah: kepemimpinan yang efektif selalu berawal dari empati dan rasa aman.
Pemimpin yang baik tidak hanya mengatur pekerjaan, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya. Ia memastikan timnya merasa terlindungi — bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikologis.

Ketika orang merasa aman, mereka akan bekerja dengan hati, bukan hanya dengan tangan.


Penutup: Keseimbangan Dimulai dari Rasa Aman

Work-life balance bukan tentang melarikan diri dari pekerjaan, tetapi tentang membangun dua lingkungan — rumah dan tempat kerja — yang sama-sama memberi ketenangan dan makna.
Jika kelak kamu menjadi pemimpin, pastikan orang-orang di sekitarmu bisa berkata, “Saya merasa aman bekerja bersamamu.”
Karena dari situlah keseimbangan sejati dimulai.


Refleksi:

Sebelum kamu berusaha menyeimbangkan hidup dan kerja, tanyakan dulu:
“Apakah aku sudah merasa aman — di rumah dan di tempat aku berkarya?”



Mahasiswa Hebat Selalu Tahu Alasan Mereka Kuliah


Mahasiswa Hebat Selalu Tahu Alasan Mereka Kuliah

Belajar Makna “Start With WHY” ala Simon Sinek

Pernah nggak kamu merasa bingung kenapa sih kamu kuliah di sini?
Apakah karena disuruh orang tua? Karena ikut teman? Atau cuma karena “ya biar punya gelar aja”?

Kalau iya, kamu nggak sendiri.
Banyak mahasiswa baru yang datang ke kampus dengan semangat tinggi, tapi belum benar-benar tahu “mengapa mereka kuliah.”
Dan di sinilah pelajaran penting dari Simon Sinek — seorang penulis dan pembicara terkenal — bisa membantu kita menemukan arah.

Mulailah dari “WHY”, Bukan “WHAT”

Sinek bilang, orang hebat dan pemimpin sejati selalu mulai dari “mengapa”, bukan “apa.”
Mereka berpikir dari dalam ke luar:
WHY → HOW → WHAT

Contohnya, dua orang sama-sama kuliah di Teknik Informatika.
Yang satu bilang, “Saya kuliah biar cepat kerja di perusahaan besar.”
Yang lain bilang, “Saya kuliah karena saya ingin menciptakan sistem yang bisa membantu orang tua saya berjualan online.”

Siapa yang lebih punya arah jelas?
Tentu yang kedua. Karena dia tahu tujuan di balik tindakannya.

Pelajaran: Sebelum kamu sibuk mengejar IPK, organisasi, atau lomba, temukan dulu Why-mu. Itu yang akan jadi bahan bakar saat semangatmu turun.

Tujuan yang Jelas Menumbuhkan Keyakinan

Orang-orang nggak akan percaya pada apa yang kamu kerjakan, tapi pada alasan kamu melakukannya.
Kalau kamu punya visi yang kuat — misalnya ingin jadi ahli keamanan siber untuk melindungi data masyarakat — teman, dosen, bahkan rekan kerja akan lebih mudah percaya dan mendukungmu.

Tanya dirimu:

“Apa alasan paling dalam saya memilih dunia teknologi ini?”

Menemukan jawabannya mungkin butuh waktu, tapi prosesnya sangat berharga.

Dari Nilai Menjadi Aksi

“Nilai” bukan cuma tulisan di dinding atau kata-kata indah di bio Instagram.
Nilai itu keputusan yang kamu buat setiap hari.
Jadi kalau kamu bilang menghargai integritas, maka jangan tergoda untuk mencontek.
Kalau kamu bilang menghargai kerja sama, maka jangan tinggalkan teman satu tim saat tugas besar.

Konsistensi itulah yang membangun kepercayaan.
Orang akan menilai bukan dari apa yang kamu katakan, tapi dari apa yang kamu lakukan berulang kali.

Kepemimpinan Itu Soal Inspirasi, Bukan Jabatan

Banyak orang berpikir “pemimpin” itu berarti punya jabatan: ketua kelas, ketua himpunan, atau ketua proyek.
Padahal menurut Simon Sinek, pemimpin sejati adalah orang yang mampu menginspirasi, bukan memerintah.

Ketika kamu bisa membuat teman-temanmu percaya pada visi yang sama, mereka akan bergerak bersama — tanpa kamu harus memaksa.

Jadi, mulai sekarang, pimpinlah dengan inspirasi, bukan instruksi.

Jangan Kejar Hasil Instan

Nilai bagus memang penting, tapi jangan sampai mengejar hasil cepat membuatmu kehilangan arah.
Pemimpin hebat tidak berpikir jangka pendek. Mereka berpikir tentang dampak jangka panjang.

Tanyakan ke diri sendiri:

“Apakah keputusan ini akan mendekatkan saya pada tujuan besar saya, atau hanya menyenangkan sesaat?”

Akhiri dengan “Why” yang Kuat

Pada akhirnya, Why adalah kompas hidupmu di kampus.
Ia yang akan menuntunmu ketika kamu lelah, bingung, atau bahkan gagal.
Kamu bisa ganti jurusan, ganti teman, atau ganti hobi — tapi selama kamu tahu Why-mu, kamu nggak akan kehilangan arah.

Kesimpulan

Mahasiswa hebat bukan yang paling pintar, tapi yang paling tahu kenapa dia belajar.
Jadi, sebelum kamu menulis target IPK atau mimpi kariermu, tulis dulu satu kalimat sederhana:

 “Saya kuliah di sini karena saya ingin …”

Dan dari sanalah perjalananmu yang sebenarnya dimulai.


Selamat Ulang Tahun Linux


Selamat Ulang Tahun Linux ke-34! 

Hari ini, 17 September 2025, dunia teknologi merayakan momen bersejarah: 34 tahun sejak Linus Torvalds merilis kode sumber Linux 0.01 ke publik pada 17 September 1991.

Meski awalnya hanya proyek “hobi” seorang mahasiswa Finlandia, Linux kini telah menjadi fondasi ekosistem digital global. Hampir semua aspek kehidupan modern disentuh oleh Linux:

  • Desktop & Laptop → Menjadi pilihan utama bagi para pengembang, peneliti, dan pecinta kebebasan software.
  • Ponsel Android → Sistem operasi mobile terpopuler di dunia berbasis kernel Linux.
  • Server & Cloud → Menggerakkan mayoritas server internet, layanan cloud, hingga pusat data raksasa.
  • Superkomputer → 100% dari 500 superkomputer tercepat di dunia menggunakan Linux.
  • IoT & Embedded Systems → Dari router, drone, hingga mobil pintar.

Jejak Pribadi: 27 Tahun Bersama Linux

Bagi saya pribadi, Linux bukan sekadar sistem operasi—tapi teman perjalanan. Sejak pertama kali menggunakannya di laptop pada tahun 1998, Linux telah menemani belajar, bekerja, hingga mengajar. Stabilitas, keamanan, dan semangat open source adalah alasan utama kenapa saya tetap setia.

Mengapa Linux Istimewa?

  1. Gratis & Terbuka → Semua orang bisa melihat, memodifikasi, dan membagikan kode sumbernya.
  2. Komunitas Global → Jutaan orang berkontribusi, dari developer profesional hingga pengguna biasa.
  3. Keamanan Tinggi → Arsitektur dan pengawasan komunitas membuat Linux lebih tangguh terhadap serangan.
  4. Fleksibilitas → Bisa dijalankan di perangkat sekecil Raspberry Pi hingga superkomputer NASA.

Dari Hobi ke Revolusi Teknologi

Linus Torvalds mungkin tak pernah menyangka bahwa email sederhana di newsgroup comp.os.minix pada 25 Agustus 1991 akan melahirkan revolusi teknologi terbesar di dunia. Hari ini, Linux bukan hanya sistem operasi, tetapi simbol kolaborasi, kebebasan, dan inovasi tanpa batas.

Selamat ulang tahun ke-34, Linux!
Terima kasih Linus, dan terima kasih komunitas Linux di seluruh dunia.
Mari terus merawat semangat open source demi masa depan teknologi yang lebih terbuka dan inklusif.

#Linux #OpenSource #HappyBirthdayLinux

Memahami Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia


Memahami Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia: Bekal Awal untuk Mahasiswa Fasilkom Narotama

Bagi mahasiswa baru, awal perkuliahan sering kali terasa seperti bab baru dalam hidup. Dunia kampus berbeda jauh dari masa SMA/SMK. Ada kebebasan, ada tantangan, dan ada tanggung jawab baru. Namun, untuk bisa menjalani perjalanan ini dengan baik, penting bagi kita untuk memahami dulu: seperti apa sebenarnya sistem pendidikan tinggi di Indonesia, dan bagaimana posisi Universitas Narotama—khususnya Fasilkom—di dalamnya.

1. Sejarah Singkat Pendidikan Tinggi di Indonesia

Pendidikan tinggi di Indonesia sudah berjalan sejak sebelum kemerdekaan. Salah satu yang paling awal adalah STOVIA (Sekolah Dokter Jawa) di Batavia, cikal bakal Fakultas Kedokteran UI. Setelah proklamasi kemerdekaan, lahirlah universitas-universitas besar seperti Universitas Indonesia, UGM, ITB, dan Unair yang menjadi pusat pendidikan nasional.

Kini, menurut data Kemendikbudristek, Indonesia memiliki lebih dari 4.000 perguruan tinggi, terdiri dari PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta). Pertumbuhan ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan akan pendidikan tinggi, sekaligus peluang bagi generasi muda untuk berkembang.

2. Struktur Pendidikan Tinggi di Indonesia

Pendidikan tinggi diatur oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Struktur utamanya terdiri dari:

  • Perguruan Tinggi Negeri (PTN) → dikelola pemerintah (contoh: UI, ITS, Unair).
  • Perguruan Tinggi Swasta (PTS) → dikelola yayasan atau badan hukum (contoh: Universitas Narotama).

Bentuk perguruan tinggi juga beragam:

  • Universitas: menyediakan berbagai rumpun ilmu (contoh: Universitas Narotama, yang punya Fakultas Hukum, Ekonomi & Bisnis, Teknik, dan Ilmu Komputer).
  • Institut: berfokus pada satu rumpun ilmu, misalnya Institut Teknologi.
  • Sekolah Tinggi: fokus pada bidang tertentu (contoh: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi).
  • Politeknik & Akademi: lebih menekankan keterampilan vokasional.

Dengan memahami ini, mahasiswa Fasilkom Narotama bisa lebih sadar bahwa mereka adalah bagian dari sistem besar yang saling terkait.

3. Jenjang Pendidikan Tinggi: Dari Diploma Hingga Doktor

Di Indonesia, jenjang pendidikan tinggi terbagi menjadi:

  • Diploma (D1–D4) → menekankan keterampilan praktis, cocok untuk kebutuhan industri langsung.
  • Sarjana (S1) → jalur yang ditempuh mahasiswa Fasilkom saat ini. Masa studi 4 tahun, fokus pada teori dan aplikasi bidang ilmu.
  • Magister (S2) → memperdalam ilmu di bidang tertentu, dengan bobot penelitian lebih besar.
  • Doktor (S3) → jenjang tertinggi, berfokus pada riset mendalam dan inovasi.

Sebagai mahasiswa S1 Fasilkom, perjalanan kalian akan penuh dengan teori, praktik, hingga pengalaman lapangan yang dirancang untuk mempersiapkan kalian menghadapi industri teknologi yang terus berubah.

4. Akreditasi dan Mutu Pendidikan

Kualitas perguruan tinggi di Indonesia dinilai melalui akreditasi. Ada dua lembaga utama:

  • BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) → memberi akreditasi institusi.
  • LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri) → memberi akreditasi program studi (misalnya LAM INFOKOM untuk bidang komputer).

Universitas Narotama sendiri memiliki reputasi baik sebagai PTS yang aktif dalam pengembangan akademik, penelitian, dan kerja sama industri. Bagi mahasiswa, akreditasi ini penting karena akan memengaruhi pengakuan ijazah dan peluang karier.

5. Tantangan Pendidikan Tinggi di Era Digital

Dunia pendidikan tinggi kini menghadapi tantangan baru:

  1. Globalisasi: Lulusan Indonesia harus bersaing dengan lulusan luar negeri.
  2. Disrupsi Teknologi: AI, big data, cloud, dan IoT mengubah cara kita belajar dan bekerja.
  3. Kesenjangan Akses: Tidak semua daerah punya kualitas perguruan tinggi yang sama.
  4. Transformasi Kampus Merdeka: Mahasiswa dituntut aktif memilih jalannya sendiri, misalnya magang di industri, riset di luar kampus, atau program pertukaran mahasiswa.

Bagi mahasiswa Fasilkom Narotama, ini artinya kalian harus siap beradaptasi. Dunia IT berkembang cepat, dan kurikulum kampus hanyalah titik awal.

6. Posisi Fasilkom Narotama dalam Sistem Pendidikan Tinggi

Sebagai bagian dari Universitas Narotama Surabaya, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) hadir untuk menjawab kebutuhan Indonesia di bidang teknologi informasi. Program studi yang ada di Fasilkom—seperti Informatika dan Sistem Informasi—dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga menguasai keterampilan praktis.

Kurikulum Fasilkom terintegrasi dengan konsep Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM). Artinya, mahasiswa bisa:

  • Magang di perusahaan IT, startup, atau instansi pemerintah.
  • Ikut proyek penelitian bersama dosen.
  • Berkolaborasi dalam program internasional.
  • Mengembangkan inovasi melalui kegiatan kemahasiswaan.

Dengan memahami konteks pendidikan tinggi, mahasiswa Fasilkom akan lebih percaya diri bahwa mereka tidak sekadar belajar coding atau teori sistem informasi, tetapi sedang ditempa menjadi profesional TI yang siap bersaing di level nasional maupun global.

7. Menatap Masa Depan Bersama Pendidikan Tinggi

Bagi mahasiswa Fasilkom, kuliah bukan hanya soal nilai atau skripsi. Lebih dari itu, ini adalah proses membangun identitas:

  • Belajar berpikir kritis
  • Mengasah soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, dan kepemimpinan
  • Membangun jaringan dengan dosen, teman, hingga komunitas luar kampus
  • Menemukan passion yang bisa menjadi jalan hidup

Sistem pendidikan tinggi di Indonesia memberi wadah, tetapi hasil akhirnya sangat ditentukan oleh bagaimana mahasiswa memanfaatkannya.

Penutup

Pendidikan tinggi adalah gerbang menuju dunia yang lebih luas. Bagi mahasiswa Fasilkom Narotama, memahami sistem pendidikan tinggi di Indonesia bukan sekadar teori, tetapi bagian penting untuk merancang masa depan. Dengan visi, usaha, dan growth mindset, perjalanan kuliah bisa menjadi bekal berharga untuk menapaki karier di dunia teknologi yang terus berkembang.


Pengenalan Growth Mindset Mahasiswa,


Growth Mindset: Kunci Mahasiswa Fasilkom untuk Sukses di Dunia Teknologi

Ketika memasuki dunia perkuliahan, khususnya di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama, banyak mahasiswa merasa bersemangat sekaligus cemas. Tantangan baru menanti: mata kuliah yang lebih rumit, tuntutan untuk berpikir mandiri, hingga persaingan di dunia kerja teknologi yang semakin ketat. Di sinilah satu sikap mental sangat menentukan: growth mindset.

1. Apa Itu Growth Mindset?

Istilah growth mindset pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carol S. Dweck. Sederhananya, growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan bisa berkembang melalui usaha, pembelajaran, dan ketekunan.

Lawannya adalah fixed mindset, yaitu anggapan bahwa kecerdasan atau bakat itu bawaan lahir, tidak bisa diubah.

  • Mahasiswa dengan fixed mindset sering berkata: “Aku memang nggak bisa matematika, ya sudah biarkan saja.”
  • Mahasiswa dengan growth mindset akan berkata: “Aku belum bisa sekarang, tapi aku bisa belajar dan berlatih untuk bisa.”

2. Mengapa Growth Mindset Penting Bagi Mahasiswa Fasilkom?

Sebagai mahasiswa di bidang teknologi, kalian hidup di era yang serba cepat berubah. Bahasa pemrograman yang populer hari ini bisa jadi tergantikan besok. Skill yang dibutuhkan industri tahun ini mungkin berbeda total lima tahun lagi.

Tanpa growth mindset, mahasiswa mudah menyerah saat menghadapi kesulitan coding, algoritma, atau penelitian. Tetapi dengan growth mindset:

  • Kegagalan dianggap proses belajar, bukan akhir.
  • Tugas yang sulit jadi tantangan yang menarik.
  • Mahasiswa lebih fleksibel menghadapi perubahan teknologi.

Banyak lulusan sukses di bidang IT bukan karena selalu jenius sejak awal, melainkan karena mereka konsisten belajar dan tidak takut gagal.

3. Ciri Mahasiswa dengan Growth Mindset

Mahasiswa Fasilkom yang memiliki growth mindset biasanya menunjukkan sikap:

  1. Menerima tantangan → tidak lari dari mata kuliah sulit seperti Struktur Data atau Jaringan Komputer.
  2. Tekun menghadapi kesulitan → tidak berhenti hanya karena error berkali-kali saat coding.
  3. Belajar dari kritik → memanfaatkan feedback dosen dan teman untuk memperbaiki diri.
  4. Terinspirasi oleh keberhasilan orang lain → menjadikan teman yang lebih jago sebagai motivasi, bukan ancaman.
  5. Percaya bahwa usaha berbuah hasil → rajin mengulang materi, ikut kompetisi, atau membuat proyek sendiri.

4. Strategi Menumbuhkan Growth Mindset di Dunia Kampus

Growth mindset tidak muncul begitu saja, tetapi bisa dilatih. Beberapa cara yang bisa dilakukan mahasiswa Fasilkom adalah:

  • Ubah cara pandang terhadap kegagalan
    Setiap error dalam coding adalah guru terbaik. Alih-alih kesal, tanyakan: “Apa yang bisa aku pelajari dari error ini?”

  • Keluar dari zona nyaman
    Cobalah ikut lomba IT, hackathon, atau magang. Meski awalnya menakutkan, pengalaman itu memperluas kapasitas diri.

  • Manfaatkan feedback
    Jangan alergi kritik. Jika dosen memberi komentar keras pada laporan, jadikan itu bahan evaluasi.

  • Bangun kebiasaan belajar mandiri
    Dunia IT berkembang cepat, jadi jangan hanya mengandalkan materi kuliah. Ikuti kursus online, baca dokumentasi, atau gabung komunitas.

  • Berkumpul dengan teman yang suportif
    Lingkungan sangat memengaruhi mindset. Teman yang sama-sama bersemangat belajar akan menulari energi positif.

5. Growth Mindset dan Masa Depan Karier

Bagi mahasiswa Fasilkom, growth mindset bukan hanya soal nilai di kelas. Lebih dari itu, growth mindset adalah bekal penting menghadapi dunia kerja. Perusahaan teknologi mencari orang yang:

  • Cepat belajar hal baru.
  • Tidak takut mencoba ide inovatif.
  • Tahan menghadapi tekanan proyek.
  • Mampu berkolaborasi dengan tim multikultural.

Dengan growth mindset, kalian tidak hanya lulus kuliah, tetapi juga siap menjadi inovator, problem solver, dan pemimpin di bidang teknologi.

Penutup

Kuliah di Fasilkom Narotama adalah perjalanan panjang, penuh tantangan, dan kesempatan. Ada saatnya kalian merasa gagal, bingung, atau bahkan ingin menyerah. Tetapi ingatlah: kemampuan bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan sesuatu yang bisa berkembang. Dengan growth mindset, setiap mahasiswa bisa melampaui batas dirinya dan mencapai hal-hal besar, baik di kampus maupun setelah lulus.


Pengenalan Struktur Organisasi Fasilkom Narotama


Mengenal Struktur Organisasi Fasilkom Narotama: Rumah Kedua Mahasiswa IT

Bagi mahasiswa baru Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Narotama Surabaya, kampus sering terasa seperti dunia baru yang penuh istilah, aturan, dan wajah-wajah asing. Tidak sedikit yang merasa bingung: “Kalau ada masalah akademik, harus ke siapa ya? Kalau mau ikut organisasi, saya harus tanya ke siapa?”

Agar lebih mudah beradaptasi, penting bagi mahasiswa untuk memahami struktur organisasi di Fasilkom Narotama. Dengan mengetahui siapa yang berperan di balik jalannya fakultas, mahasiswa akan lebih nyaman menjalani kehidupan akademik sekaligus aktif mengembangkan diri.

1. Fasilkom Narotama dalam Bingkai Universitas

Universitas Narotama Surabaya memiliki beberapa fakultas, salah satunya adalah Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom). Fakultas ini menjadi pusat pendidikan dan pengembangan di bidang teknologi informasi, dengan dua program studi utama:

  • S1 Sistem Komputer (SK)
  • S1 Sistem Informasi (SI)
  • S1 Teknik Informatika (TI)

Fasilkom hadir untuk menjawab kebutuhan dunia industri digital, dengan misi mencetak lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga siap praktik di lapangan.

2. Struktur Organisasi Fasilkom

Struktur organisasi di Fasilkom Narotama disusun agar proses akademik, penelitian, dan kemahasiswaan berjalan terarah. Berikut komponen utamanya:

  • Dekan
    Pemimpin tertinggi di fakultas, bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen, kebijakan, dan arah pengembangan fakultas. Dekan adalah “nahkoda kapal” yang memastikan fakultas berjalan sesuai visi dan misi. penghubung antara dosen, mahasiswa, dan menjalin komunikasi dengan dunia luar, termasuk kerja sama dengan industri.

  • Ketua Program Studi (Kaprodi)
    Setiap program studi (Sistem Komputer, Sistem Informasi, dan Teknik Informatika) dipimpin oleh Kaprodi. Mereka mengatur kurikulum, jadwal kuliah, dosen pengampu, hingga persetujuan skripsi mahasiswa. Jika mahasiswa punya pertanyaan akademik spesifik, Kaprodi adalah orang yang tepat untuk dituju.

  • Unit Pendukung

    • Senat Fakultas
    • Laboratorium Komputer: pusat praktikum mahasiswa.
    • Administrasi Fakultas: membantu urusan administrasi mahasiswa, mengelola administrasi akademik, seperti KRS, KHS, hingga kegiatan prodi.


3. Peran Dosen dan Mahasiswa

Struktur organisasi fakultas tidak lengkap tanpa dua elemen utama: dosen dan mahasiswa.

  • Dosen: tidak hanya mengajar, tetapi juga meneliti, membimbing skripsi, dan mendampingi mahasiswa dalam pengabdian masyarakat.
  • Mahasiswa: menjadi aktor utama dalam setiap kegiatan. Mahasiswa tidak hanya belajar, tetapi juga bisa aktif di organisasi kemahasiswaan, komunitas IT, atau menjadi asisten dosen/lab.

Interaksi dosen–mahasiswa adalah inti dari kehidupan kampus, di mana keduanya sama-sama belajar dan mengembangkan ilmu.

4. Organisasi Kemahasiswaan di Fasilkom

Selain struktur formal fakultas, ada juga wadah organisasi kemahasiswaan seperti:

  • Himpunan Mahasiswa Fasilkom (Himakom): ruang belajar kepemimpinan, manajemen event, dan pengembangan minat bakat.
  • Komunitas IT dan Startup: tempat mahasiswa mengasah keterampilan praktis, berjejaring, dan mengikuti lomba/kompetisi.
  • Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas: meski di luar fakultas, mahasiswa Fasilkom bisa aktif di bidang seni, olahraga, kewirausahaan, hingga penelitian.

Keterlibatan dalam organisasi ini menjadi bagian penting dari pengalaman mahasiswa.

5. Mengapa Mahasiswa Perlu Memahami Struktur Organisasi?

Bagi mahasiswa baru, struktur organisasi bukan sekadar bagan di papan mading. Memahami siapa melakukan apa akan sangat membantu:

  • Mempermudah komunikasi: tahu harus menghubungi siapa jika ada masalah akademik atau administratif.
  • Membuka peluang kolaborasi: mahasiswa bisa terlibat dalam penelitian dosen atau kegiatan fakultas.
  • Meningkatkan rasa memiliki: dengan memahami bagaimana fakultas berjalan, mahasiswa merasa lebih menjadi bagian dari komunitas besar Fasilkom.

Penutup

Fasilkom Narotama adalah rumah kedua bagi mahasiswa yang menekuni dunia komputer dan teknologi. Struktur organisasi fakultas ibarat kerangka rumah tersebut: kokoh, jelas, dan mendukung penghuninya. Dengan memahami struktur ini, mahasiswa tidak hanya menjadi “tamu” di kampus, tetapi benar-benar bagian dari keluarga akademik yang saling mendukung menuju masa depan yang lebih cerah.


Akreditasi Program Studi Sistem Komputer Baik Sekali

Kami mengucapkan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Program Studi Sistem Komputer, Universitas Narotama Surabaya, atas pencapaian Akreditasi “Baik Sekali” dari LAM INFOKOM berdasarkan SK No. 035/SK/LAM-INFOKOM/Ak.B/S/VIII/2025, yang berlaku sejak 8 Agustus 2025 hingga 8 Agustus 2030.

Pencapaian ini merupakan bukti nyata komitmen Universitas Narotama dalam menjaga mutu pendidikan, kualitas pembelajaran, serta peningkatan berkelanjutan dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Semoga dengan raihan akreditasi ini, Program Studi Sistem Komputer semakin maju, berdaya saing global, dan terus melahirkan lulusan yang unggul, inovatif, serta berintegritas.

Selamat dan sukses untuk seluruh sivitas akademika Universitas Narotama Surabaya!